
Dua cara paling umum untuk mendeteksi adanya risiko kanker usus besar pada diri kamu, yaitu tes FIT dan tes DNA feses. Lalu, diantara keduanya mana yang lebih akurat? Yuk, kita bahas!
Apa Itu FIT?
FIT atau Fecal Immunochemical Test adalah salah satu pemeriksaan kanker usus besar yang sederhana dan digunakan untuk mendeteksi darah samar dalam feses yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Tes ini bekerja dengan mencari hemoglobin, protein dalam darah, yang bisa menjadi tanda perdarahan di saluran pencernaan. FIT sering dipakai sebagai skrining awal untuk mendeteksi risiko kanker usus besar atau polip yang bisa berkembang menjadi kanker.
Mengutip artikel Medlineplus, tes ini memiliki keunggulan karena hanya mendeteksi darah manusia dari usus bagian bawah, sehingga makanan dan obat-obatan tidak memengaruhi hasilnya. FIT juga lebih akurat dan cenderung menghasilkan lebih sedikit positif palsu dibandingkan tes lainnya.
Adapun beberapa keunggulan tes FIT yang perlu kamu ketahui, antara lain:
- Aman dan mudah dilakukan di rumah.
- Tidak memerlukan persiapan khusus seperti diet atau puasa.
- Hasil cepat, biasanya dalam beberapa hari.
Apa Itu Tes DNA Feses?
Tes DNA feses atau yang dikenal juga sebagai multi-target stool DNA test (MT-sDNA), adalah metode skrining yang digunakan untuk mendeteksi perubahan DNA dalam sel yang dilepaskan dari dinding usus besar ke dalam feses. Tes ini dirancang untuk menyaring kanker kolorektal dan lesi prakanker dengan menganalisis mutasi dan metilasi DNA, serta mendeteksi keberadaan darah samar melalui tes imunokimia feses (FIT).
Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Gastroenterology, tes DNA feses memiliki sensitivitas lebih tinggi dalam mendeteksi kanker kolorektal dibandingkan dengan FIT saja. Tes ini mampu mendeteksi lebih dari 90% kanker kolorektal stadium awal, menjadikannya pilihan yang efektif untuk skrining yang aman.
Adapun keunggulan dari tes DNA feses adalah sebagai berikut:
- Menggabungkan deteksi DNA abnormal dan darah samar, sehingga meningkatkan sensitivitas.
- Dapat mendeteksi perubahan genetik yang berhubungan dengan kanker usus besar.
- Direkomendasikan untuk orang dengan risiko sedang hingga tinggi terkena kanker usus besar.
Perbedaan FIT dan Tes DNA Feses
Mendeteksi dini kanker usus besar sangat penting untuk meningkatkan peluang pengobatan sehingga dapat diatasi dengan tepat. Dua metode yang umum digunakan untuk skrining adalah FIT (Fecal Immunochemical Test) dan tes DNA feses. Buat yang bingung apa perbedaan keduanya, yuk cek di bawah ini!
- Metode Deteksi
Perbedaan tes FIT dan tes DNA feses yang pertama terletak pada metode deteksinya. Tes FIT hanya fokus pada keberadaan darah samar yang mungkin menandakan perdarahan aktif, sedangkan tes DNA feses memiliki cakupan yang lebih luas karena mampu mengidentifikasi perubahan genetik dan perubahan DNA yang berhubungan dengan kanker atau polip.
Selain itu, tes DNA feses lebih sensitif dalam mendeteksi perubahan dini yang terkait dengan perkembangan kanker, sehingga sering direkomendasikan untuk individu dengan risiko tinggi. Namun, tes ini juga cenderung lebih mahal dan memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil dibandingkan dengan FIT, yang lebih sederhana dan cepat.
- Tingkat Akurasi
Perbedaan yang kedua terletak pada sensitivitas atau tingkat akurasi. Tes FIT memiliki sensitivitas yang lebih rendah, terutama untuk mendeteksi polip atau kelainan yang belum berdarah. Namun, tes ini cukup efektif untuk mendeteksi perdarahan kecil yang mungkin disebabkan oleh polip atau kanker pada tahap awal. Sementara itu, tes DNA feses memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan FIT karena mampu mendeteksi perubahan genetik pada DNA yang dilepaskan oleh polip atau sel kanker. Tes ini juga dapat mengidentifikasi kanker atau kelainan genetik bahkan sebelum gejala muncul, menjadikannya pilihan yang lebih sensitif untuk deteksi dini.
- Biaya dan Aksesibilitas
Dari segi biaya dan aksesibilitas, tes FIT merupakan pilihan yang lebih ekonomis dan dapat ditemukan di banyak fasilitas kesehatan. Biayanya yang terjangkau membuatnya sangat ideal untuk skrining rutin, terutama bagi individu yang ingin melakukan pemeriksaan berkala. Sementara itu, tes DNA feses cenderung lebih mahal dan memerlukan laboratorium khusus untuk menganalisis DNA, sehingga biaya tes ini lebih tinggi. Selain itu, tes DNA feses mungkin tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil, yang dapat membatasi aksesibilitasnya bagi sebagian orang.
- Frekuensi Tes
Karena biasa tes FIT yang lebih murah, tes FIT disarankan untuk dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari program deteksi dini kanker usus besar. Pemeriksaan tahunan ini membantu mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi di saluran pencernaan sejak dini. Sebaliknya, tes DNA feses yang memiliki sensitivitas lebih tinggi direkomendasikan untuk dilakukan setiap 3 tahun. Frekuensi ini cocok bagi individu yang menginginkan pemeriksaan yang lebih jarang namun tetap efektif dalam mendeteksi kelainan genetik atau kanker pada tahap awal.
FIT VS Tes DNA Feses, Mana yang Lebih Akurat?
FIT memiliki akurasi yang cukup baik untuk mendeteksi kanker usus besar pada tahap awal, terutama yang disebabkan oleh perdarahan. Namun, tes DNA feses dianggap lebih akurat karena dapat mengidentifikasi perubahan DNA yang menunjukkan adanya kanker atau polip berisiko tinggi.
Menurut penelitian, tes DNA feses memiliki sensitivitas sekitar 91.5% dan spesifisitas 92.3% untuk deteksi kanker usus besar, sedangkan FIT memiliki sensitivitas sekitar 79% untuk deteksi kanker usus besar dan sensitivitas 24% untuk adenoma lanjut.
Jadi, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk melakukan skrining kanker usus besar dari segi akurasi, kamu bisa mengambil tes DNA feses yang terbukti memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas atau tingkat akurasi yang cukup memuaskan.
Jika kamu bingung untuk tes DNA feses dimana, kamu bisa mengambil tes COLOTECT di Naleya Genomics. COLOTECT adalah tes skrining risiko kanker usus besar dan rektum (kolorektal) yang aman, mudah, nyaman, dan akurat yang mendeteksi perubahan atau metilasi DNA dari sampel feses.
Kamu dapat mengambil sampel di mana saja yang nyaman dan mengirimkan sampel tersebut ke laboratorium Naleya Genomics. Hasil COLOTECT bisa kamu dapatkan dalam waktu 7-14 hari. Yuk lakukan skrining kanker usus besar dengan COLOTECT!