Mitos dan Fakta Kanker Serviks

Banyak info beredar tentang kanker serviks seperti kanker serviks dapat dicegah dan kanker serviks menjadi salah satu faktor kemandulan. Benar atau tidak? Kita cek mitos dan fakta kanker serviks berikut ini yuk!

Mitos dan Fakta Kanker Serviks

Mengutip dari World Health Organization atau WHO, kanker serviks adalah kanker keempat yang paling sering dialami wanita di seluruh dunia. Di tahun 2022, ada sekitar 660.000 kasus baru kanker serviks, dan sekitar 350.000 kematian, dengan 94% di antaranya terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kasus dan kematian tertinggi akibat kanker ini tercatat di Afrika Sub-Sahara, Amerika Tengah, dan Asia Tenggara.

Terdapat beberapa Faktor Risiko Kanker Serviks yang Harus Diketahui untuk mengurangi tingkat kasusnya. Dengan banyaknya kasus kanker serviks di dunia, ada banyak info simpang siur tentang penyakit satu ini. Walaupun sebagian besar informasi yang beredar sudah akurat, masih banyak juga mitos tentang kanker serviks.Yuk, kita bahas satu per satu agar kamu tidak salah paham dan bisa lebih memahami fakta sebenarnya tentang kanker serviks.

  1. Mitos: Kanker Serviks Tidak Menular

Fakta: Meskipun kanker serviks itu sendiri bukan penyakit menular, penyebab utamanya, yaitu infeksi HPV, adalah virus yang dapat menular melalui kontak seksual. Bagi kamu yang belum tahu apa itu HPV? yuk, kenalan dengan virus satu ini! Infeksi HPV bisa ditularkan melalui hubungan seksual atau kontak kulit dengan area yang terinfeksi. Virus ini sangat umum dan bisa menginfeksi siapa saja yang pernah melakukan kontak seksual, bahkan jika hanya memiliki satu pasangan.

  1. Mitos: Kanker Serviks Hanya Menyerang Wanita di Usia Tua

Fakta: Kanker serviks tidak hanya menyerang wanita yang lebih tua, tapi juga dapat terjadi pada wanita muda. Meskipun resikonya meningkat seiring bertambahnya usia, kanker serviks bisa menyerang wanita di usia 20-an dan 30-an, terutama jika mereka terinfeksi HPV sejak usia muda.

  1. Mitos: Pemeriksaan Dini Tidak Diperlukan Jika Tidak Ada Gejala Kanker Serviks

Fakta: Justru karena kanker serviks sering tidak menunjukkan gejala di tahap awal, pemeriksaan dini menjadi sangat penting. Banyak wanita tidak merasakan adanya perubahan atau gejala hingga kanker sudah berada di tahap lanjut, di mana pengobatan menjadi lebih sulit dan kurang efektif. Kamu bisa cek di sini 4 jenis pemeriksaan kanker serviks yang dapat menjadi pilihan.

Skrining rutin, seperti tes Pap Smear dan tes HPV, dirancang untuk mendeteksi sel-sel abnormal pada serviks sebelum berkembang menjadi kanker. Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur, risiko kanker serviks bisa ditekan, dan potensi komplikasi serius dapat dihindari. Jangan menunggu gejala muncul untuk memulai pemeriksaan—deteksi dini adalah kunci pencegahan terbaik. Yuk lebih memahami perbedaan tes pap smear dan tes HPV DNA untuk deteksi kanker serviks!

  1. Mitos: Jika Kamu Terkena HPV, Pasti Akan Terkena Kanker Serviks

Fakta: Memang benar bahwa HPV adalah infeksi yang umum, tetapi tidak semua infeksi HPV akan berkembang menjadi kanker serviks. Faktanya, sebagian besar infeksi HPV hilang dengan sendirinya seiring waktu tanpa menimbulkan masalah kesehatan. Sistem kekebalan tubuh biasanya mampu melawan dan membersihkan infeksi ini dalam kurun waktu satu hingga dua tahun.

Namun, pada sebagian kecil kasus, infeksi HPV berisiko tinggi bisa bertahan lebih lama di dalam tubuh. Jika infeksi ini tidak hilang dan terus berlanjut, HPV dapat menyebabkan perubahan sel abnormal pada serviks yang berisiko berkembang menjadi kanker jika tidak segera terdeteksi dan diatasi.

  1. Mitos: Kanker Serviks Tidak Dapat Dicegah

Fakta: Ini hanyalah mitos! Selain tes Pap Smear dan tes HPV DNA yang penting untuk deteksi dini, ada berbagai langkah pencegahan yang bisa kamu ambil untuk menurunkan risiko kanker serviks. Salah satu langkah pencegahan yang sangat efektif adalah mendapatkan vaksinasi HPV, yang dapat melindungi dari jenis-jenis HPV penyebab kanker.

Selain vaksinasi, kamu juga bisa mengurangi risiko kanker serviks dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat, serta menghindari hubungan seksual di usia sangat muda atau dengan banyak pasang

  1. Mitos: Hanya Wanita yang Sering Berganti Pasangan yang Bisa Terkena HPV

Fakta: Setiap wanita yang pernah berhubungan seksual, bahkan hanya dengan satu pasangan, bisa berisiko terkena HPV. HPV atau Human papillomavirus adalah virus yang sangat umum dan dapat menular melalui kontak seksual, baik penetratif maupun non-penetratif. Faktanya, sekitar 8 dari 10 wanita akan terpapar HPV pada suatu titik dalam hidupnya, terutama sebelum usia 50 tahun.

Mitos ini mungkin muncul karena kesalahpahaman tentang bagaimana HPV menyebar, padahal hanya dibutuhkan satu kontak seksual dengan satu pasangan untuk terpapar virus ini. 

  1. Mitos: Tes Pap Smear Saja Sudah Cukup untuk Melindungi dari Kanker Serviks

Fakta: Pap Smear memang sangat membantu dalam mendeteksi perubahan sel pada serviks yang bisa berkembang menjadi kanker, tetapi tes ini tidak selalu berhasil mendeteksi semua sel prakanker. Itulah mengapa, bagi wanita di atas 30 tahun, sangat disarankan untuk menjalani tes HPV DNA bersama dengan tes Pap Smear. Kombinasi kedua tes ini bisa meningkatkan keakuratan deteksi risiko kanker serviks hingga mendekati 100%.

  1. Mitos: Wanita dengan HPV Akan Mengalami Gejala

Fakta: Infeksi HPV sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak wanita yang tidak menyadari bahwa mereka terpapar virus ini. Jenis HPV berisiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda yang terlihat atau dirasakan hingga sel abnormal mulai berkembang pada serviks.

  1. Mitos: Jika Mendapat Vaksin HPV, Tidak Perlu Tes Pap atau HPV Lagi

Fakta: Vaksin HPV hanya melindungi dari dua jenis HPV yang paling sering menyebabkan kanker, sementara ada lebih dari selusin jenis HPV lain yang juga berisiko. Jadi, meskipun sudah divaksinasi, kamu tetap perlu melakukan tes Pap Smear dan HPV secara rutin.

  1. Mitos: Kamu Harus Melakukan Pap Smear Setiap Tahun

Fakta: Tidak semua wanita perlu melakukan tes Pap Smear setiap tahun. Jika hasil Pap Smear dan HPV kamu normal, kamu bisa mengikuti pedoman yang lebih fleksibel. Menurut pedoman, wanita usia 21-29 tahun disarankan untuk melakukan tes Pap setiap tiga tahun. Sementara itu, wanita berusia 30-64 tahun bisa melakukan tes Pap dan tes HPV secara bersamaan setiap lima tahun

  1. Mitos: Kanker Serviks Menyebabkan Kemandulan

Fakta: Memang benar bahwa terapi untuk kanker serviks, seperti histerektomi, kemoterapi, dan radiasi, dapat mempengaruhi kesuburan wanita. Namun, saat ini telah tersedia berbagai pilihan pengobatan baru yang memungkinkan dokter untuk menjaga kesuburan pasien.

Dokter dapat menggunakan teknologi reproduksi berbantu, seperti membekukan sel telur sebelum memulai pengobatan. Selain itu, mereka juga dapat melakukan prosedur untuk memindahkan ovarium dari area yang terkena radiasi, sehingga mengurangi risiko kerusakan. Ini berarti bahwa meskipun seseorang telah didiagnosis dengan kanker serviks, mereka masih memiliki peluang untuk menjadi orang tua di masa depan.

  1. Mitos: Kanker Serviks Itu Diturunkan Secara Genetik

Fakta: Berbeda dengan kanker payudara atau kanker ovarium yang dapat diturunkan dalam keluarga, kanker serviks umumnya tidak diturunkan secara genetik. Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human papillomavirus (HPV), yang merupakan virus menular seksual, bukan karena faktor keturunan.

Dapatkan informasi mengenai layanan pemeriksaan HPV DNA dari Naleya Genomics dengan NALEYA HPV. Pemeriksaan HPV DNA aman, mudah, nyaman, dan menjaga privasi kamu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *